The Cuckoo's Calling
Robert Galbraith
Cormorant Strike, 35 tahun, penuh bulu, gendut, punya kaki 1,5
karena yang setengah lagi diamputasi karena luka sewaktu bertugas di militer,
mantan anggota militer yang karena kakinya diamputasi pulang ke London dan
membuka bisnis jadi detektif partikelir.
Robin sedang senang-senangnya karena baru aja dilamar pacarnya,
Matthew. Plus, dia mendapat pekerjaan
sebagai sekretaris temporer di kantor Cormoran. Semangat yang sejak dulu
disimpannya bahwa dia tertarik dengan detektif membuat pekerjaan ini terlihat sangat
menjanjikan.
Namun Cormoran sedang berada dalam tahap kritis. Dia baru aja
putus dari pacarnya, Charlotte, dan terpaksa tinggal di kantor karena enggak
punya rumah. Ditambah lagi dia punya banyak utang dan enggak punya duit. Dan dia
lupa kalau hari ini akan datang pegawai temporer.
Di tengah-tengah kekacauan hidupnya, Cormoran mendapat klien, John
Bristow. John adalah kakak dari Lula Landry, supermodel yang meninggal karena
dugaan bunuh diri melompat dari jendela flatnya. Tapi John yakin Lula dibunuh
dan dia membayar Cormoran untuk menyelidiki pembunuhan ini. dibantu Robin,
Cormoran pun terlibat petualangan membongkar pembunuh Lula dan cara mengatasi
masalah keuangannya.
I love this book.
Buku yang terbit dengan nama penulis Robert Galbraith yang
sebenarnya adalah JK Rowling ini sempat bikin heboh karena tiba-tiba aja
Rowling muncul dengan novel detektif dan nama pena. Dalam waktu singkat
terjemahannya pun terbit dan rights
dipegang oleh Gramedia. Gue beruntung bisa baca novel ini sebelum diedarkan
karena datang liputan launching dan
dapat bukunya buat kantor tapi bisa minjem dulu, he-he-he.
Oke.
Sebenarnya, ini bukan buku genre gue. Yeah you knowlah genre gue
apa, he-he-he. Tapi berhubung nama besar Rowling yang menjanjikan banget dengan
serial Harry Potter dan review yang gue baca di New York Times yang bilang buku
ini jauh lebih bagus dari The Casual Vacancy (gue enggak baca btw) jadilah gue
baca buku setebal 500-an halaman ini. Selesai dalam waktu 3 hari. Sebuah pencapaian
buat gue yang akhir-akhir ini mengalami degradasi kecepatan membaca, he-he-he.
There’s nothing new in this book. Mengambil setting modern, yaitu London di masa kini, Rowling tetap setia
dengan teknik penyelesaian kasus secara deduktif ala-ala detektif tradisional. Namun,
hal ini yang bikin gue suka dan betah membaca. Gue lebih suka teknik
penyelesaian masalah secara tradisional ini ketimbang detektif gradakan ala-ala
film Hollywood yang serba instan, he-he-he.
I love Rowling. Cara penulisannya. Somehow ngingetin gue sama Tolkien. Maksudnya,
awalnya kita diajak untung senang-senang tanpa kepikiran there is something big di halaman berikutnya. Buku ini juga begitu.
Awalnya kita diajak merasakan kebahagiaan Robin setelah dilamar. Dan, teknik
pembuka cerita seperti ini udah jadi ciri khas Rowling banget. Dan buku ini page turning abis.
And this book is full of detail. Sumpah, detail banget. And me likey. Kita diajak keliling
London mencari pembunuh Lula. Kita diajak merasakan kegetiran Cormoran yang
enggak punya duit. Kita diajak merasakan nyeri di kaki prostetik Cormoran
setelah dipaksa seharian keliling London. Pokoknya, serasa berada di London
beneran, deh, sumpah.
Yang bikin gue kesel mungkin tebakan gue salah, he-he-he. Sejak awal
gue punya dua nama yang udah gue pikir salah satu di antara mereka adalah pembunuhnya.
Sampai dua per tiga akhir gue masih memikirkan dua nama ini. Sempat sih muncul
satu nama tapi enggak mungkin banget. Begitu seperempat akhir, dua tebakan gue
salah besar. Dan, jeng jeng jeng, yang enggak disangka-sangka muncul sebagai
pembunuh.
Gue rasa kecintaan gue sama Sherlock dan Benedict udah bikin gue
pinteran dikit enggak ketipu sama cerita detektif-detektifan ini. Ternyata gue
kecele, he-he-he.
Gue baca terjemahan dan gue enjoy kok. Nice job, Mbak Siska (abis ini terjemahin The Silmarillion ya,
mbak, he-he-he. Tetep usaha setelah pas launching juga ngejar pertanyaan yang
sama ha-ha-ha). Dan terjemahan yang
asyik ini juga yang bikin gue betah baca.
Kalau ada hal yang gue benci mungkin itu Charlotte. Sumpah, gue
benci sama tokoh ini.
Dan, yang bikin gue excited,
kabarnya kisah Cormoran akan dijadikan serial. Hoooorraayyy… Moga-moga di seri
selanjutnya Robin putus sama Matthew dan jadian sama Cormoran aja, ha-ha-ha.